Sejak energi alternatif populer, banyak negara beralih ke etanol berbasis gula. Jika di kemudian hari permintaan etanol tinggi, naik pula permintaan gula. Namun, pahamkah Anda tentang sejarah panjang terciptanya komoditas manis tersebut?
Gula, atau yang disebut white gold (emas putih) oleh koloni Inggris, merupakan "mesin" perbudakan yang membawa jutaan orang Afrika ke Amerika Serikat pada abad ke-16. Sejarah setiap bangsa di Karibia, khususnya di Amerika Selatan dan bagian selatan Amerika Serikat, terbentuk oleh perkebunan tebu. Laba dari perdagangan gula begitu signifikan, bahkan mungkin turut mengambil bagian dalam membantu Amerika mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris. Si manis gula, saat ini, paling banyak diproduksi di Brasil.
Ironisnya, tanaman ini tidak pernah tumbuh di Amerika. Tebu, aslinya berasal dari Asia Tenggara. Christopher Columbus yang membawanya pada 1492 ke Republik Dominika, tempat tanaman itu tumbuh subur di lingkungan tropis. Pada pertengahan abad ke-16, Portugis membawanya ke Brasil, kemudian menyebar ke Inggris, Belanda, dan Prancis. Kapal-kapal budak pertama tiba di 1505 dan terus berlanjut lebih dari 300 tahun.
Perbudakan gula adalah komponen kunci yang disebut sejarawan sebagai "The Trade Triangle", jaringan tempat budak dikirim untuk bekerja di perkebunan, produksi mereka dikirim ke Eropa guna dijual dan barang lainnya dibawa ke Afrika untuk membeli budak lagi. Di Indonesia, sumber gula di masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau serta cairan batang tebu.
Tebu adalah tanama asli Nusantara yang tumbuh di bagian timur. Ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di Jawa, kebunkebun tebu monokultur dibuka para tuan tanah pada abad ke-17. Pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke timur. Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada awal 1930-an dengan beroperasinya 179 pabrik dan produksi tiga juta ton gula per tahun.
Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini, hingga pada akhir dekade, hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun. Situasi mulai pulih menjelang Perang Pasifik, dengan berjalannya 93 pabrik dan produksi 1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik aktif. Baru pada 1950-an Indonesia menjadi eksportir neto.
Tepatnya pada 1957, semua pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah meregulasi industri ini. Sejak 1967 hingga sekarang Indonesia kembali menjadi importir gula. Macetnya riset pergulaan, pabrikpabrik gula di Jawa yang tertinggal teknologi, tingginya tingkat konsumsi (termasuk untuk industri minuman ringan), serta kurangnya investor untuk pembukaan lahan tebu di luar Jawa, menjadi penyebab sulitnya swasembada gula. Pada 2002 dicanangkan target swasembada gula 2007. Untuk mendukungnya, dibentuk Dewan Gula Indonesia pada 2003, berdasarkan Kepres RI No 63/2003 tentang Dewan Gula Indonesia.
Komoditas Global
Gula telah diproduksi sejak lama. Awalnya tidak banyak, tidak murah, dan tidak mudah ditanam apalagi dipanen hingga banyak yang menjadikan madu sebagai pengganti. Namun, dengan semakin banyaknya revolusi di bidang agrikultur, peningkatan besar secara teknik dan teknologi, gula menjadi komoditas yang digunakan secara luas.
Dia menjadi komoditas internasional layaknya minyak mentah atau tembaga. Selain sering digunakan sebagai bahan dasar makanan, gula memegang peranan penting dalam produksi etanol. Brasil memimpin dunia dalam hal produksi etanol gula, yang dipercaya lebih efisien daripada etanol jagung dan tanaman lain. Berikut adalah data tentang negara-negara produsen terbesar gula tebu pada 2008. Produsen gula tebu dengan gula bit sedikit berbeda. Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat menjadi pemegang tiga terbesar di bidang ini, dan berikut datanya.
Pengendalian Harga
Sebagai komoditas global, harga gula dipengaruhi sejumlah faktor. Seiring dengan itu, dia tunduk pada perubahan harga signifikan dalam waktu relatif singkat. Pengendali utamanya meliputi hal-hal berikut. Kondisi cuaca: seperti kebanyakan komoditas agrikultur lain, gula dipengaruhi hal ini.
Pola cuaca yang tak terduga dan perubahan ekstrem dapat memicu masalah pemasokan dan pengiriman gula. Ketegangan geopolitik: dengan market yang melibatkan negara-negara penghasil gula, situasi politik menjadi faktor. Hubungan dagang antarnegara berdampak pada harga gula.
Keadaan regulasi: Dalam rangka melindungi petani gula di AS, pemerintah mengenakan kuota yang membatasi jumlah tarif bebas gula yang diimpor para pengguna utamanya setiap tahun, kecuali dari Meksiko. Subsidi yang mengover petani di dump market juga mendapat pengaruh jika ada perubahan kebijakan.
Relative Commodity Prices: Di beberapa negara penghasil gula, seperti Brasil dan India, lahan yang digunakan untuk menanam gula dapat digunakan pula untuk komoditas pertanian lain. Jika harga tanaman lainnya (misalnya pisang) meningkat, petani yang fleksibel akan lebih memilih memproduksi barang yang harganya lebih tinggi.
Etanol: Seiring energi alternatif kian populer, banyak negara beralih ke etanol berbasis gula sebagai pengganti bahan bakar fosil. Di Brasil, sebagian besar gula digunakan dalam produksi etanol. Di kemudian hari permintaan etanol meningkat, maka begitu pula permintaan terhadap gula. n berbagai sumber/arm/R-1
Pendapat Selebritas
Zivana Letisha Siregar
Manfaat Lain dari Gula
Bagi mantan Puteri Indonesia, Zivana Letisha Siregar atau akrab dipanggil Zee, peran gula penting bukan sekadar sebagai pemberi rasa manis makanan, namun juga bagi tubuh. Menurut gadis yang tergabung dalam gerakan jantung sehat itu, jangan sampai dalam sehari kita kekurangan gula.
"Yang pasti gula berfungsi untuk menambah energi. Tanpa gula, badan kita rasanya lemas. Tapi saya sendiri sedikit membatasi karena tidak semua makanan yang dikonsumsi harus pakai gula. Tapi yang pasti, meski sehari hanya sekali, saya pasti mengonsumsi gula pasir," kata dia dihubungi via telepon genggam.
Kepada Koran Jakarta, Zee kemudian berbagi info bahwa untuk menjaga kesehatan kulit, gula ternyata memegang peranan penting. "Gula tak hanya pemanis buat saya, tapi bisa dimanfaatkan untuk mengangkat sel-sel kulit mati dan membersihkan pori sehingga kulit tidak kusam. Itu kata dokter lho, dan saya sudah merasakan benar manfaat itu," pungkas wanita berkulit putih ini. smn/R-1