Mengintip Kisah si Penyaji Informasi

Kehadiran televisi (tv) telah menemani hidup banyak orang di dunia melalui sajian-sajiannya. Tak heran jika keberadaan tv diapresiasi melalui hari televisi sedunia (world television day) yang ditetapkan pada 21 November oleh PBB.

Melalui sajiannya, televisi dapat digunakan untuk mendidik banyak orang mengenai dunia, isu-isu, dan cerita nyata yang terjadi di planet ini. Televisi juga digunakan untuk menyiarkan kebebasan ekspresi dan keragaman budaya. Dengan alasan tersebut dan menyadari bahwa tv memainkan peran utama dalam menyajikan isu-isu global, maka dengan perdebatan panjang akhirnya pada 17 Desember 1996 PBB menetapkan hari tv sedunia yang jatuh pada hari ini.


Sejarah awal

Pada tahap awal perkembangannya, televisi menggunakan kombinasi dari teknologi optik, mekanik, dan elektronik untuk menangkap, mengirim, dan menampilkan gambar visual.

Gambar pertama yang berhasil dikirimkan secara elektrik adalah melalui mesin faksimile mekanik sederhana, (seperti pantelegraf) yang dikembangkan pada akhir abad ke-19. Konsep pengiriman gambar bergerak yang menggunakan daya elektrik pertama kali diuraikan pada 1878 sebagai telephonoscope (konsep gabungan telepon dan gambar bergerak), tidak lama setelah penemuan telepon. Pada saat itu, para penulis fiksi ilmiah telah membayangkan bahwa suatu hari nanti cahaya juga akan dapat dikirimkan melalui medium kabel, seperti halnya suara.

Ide untuk menggunakan scanning gambar untuk mengirim gambar pertama kali dipraktekkan pada 1881 menggunakan pantelegraf, yaitu menggunakan mekanisme pemindaian berbasis pendulum. Semenjak itu, berbagai teknik pemindaian gambar telah digunakan di hampir setiap teknologi pengiriman gambar, termasuk televisi. Inilah konsep yang bernama "rasterization", yaitu proses mengubah gambar visual menjadi arus gelombang elektrik.
1880-an

Nipkow disk

Pada 1884, Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di Jerman, mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan scanning disk, sebuah disk berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke pusat disk yang digunakan dalam proses "rasterization". Setiap lubang disk diposisikan dengan selisih sudut yang sama agar dalam setiap putarannya cakram tersebut dapat meneruskan cahaya melalui setiap lubang hingga mengenai lapisan selenium peka cahaya yang menghasilkan denyut elektrik. Seiring dengan peletakan posisi gambar yang difokuskan di pusat disk, setiap lubang akan memindai setiap "slice" horizontal dari keseluruhan gambar. Alat buatan Nipkow ini tidak benar-benar dapat dipraktekkan hingga adanya kemajuan dalam teknologi amplifier tube.

1920-an Penemuan John Logie Baird

Menggunakan disk Nipkow, penemu asal Skotlandia, John Logie Baird berhasil menunjukkan transmisi gambar siluet bergerak di London pada 1925 dan gambar bergerak monokromatik pada 1926. Scanning disk Baird dapat menghasilkan gambar beresolusi 30 baris (cukup untuk memperlihatkan wajah manusia) dari lensa dengan spiral ganda. Demonstrasi oleh Baird ini telah disetujui secara umum oleh dunia sebagai demonstrasi televisi pertama, sekalipun televisi mekanik tidak lagi digunakan.

Pada 1927, Baird juga menemukan sistem rekaman video pertama di dunia, yaitu "Phonovision", yaitu dengan memodulasi sinyal output kamera TV-nya ke dalam kisaran jangkauan audio, dia dapat merekam sinyal tersebut pada cakram audio 10 inci (25 cm) dengan menggunakan teknologi rekaman audio biasa.

Di tahun yang sama, Philo Farnsworth berhasil membuat sistem televisi pertama di dunia dengan pemindai elektronik dalam perangkat display, dimana temuannya ini pertama kali ia demonstrasikan di depan media pers pada 1 September 1928.

1930-an Pemasaran televisi

Televisi komersial pertama dijual oleh Baird di Britania Raya pada 1928 dalam bentuk penerima radio ditambah dengan komponen-komponen seperti tabung neon di belakang disk Nipkow yang menghasilkan gambar kemerahan berukuran sebesar perangko pos yang dapat diperbesar lagi menggunakan lensa pembesar. "Televisor" ciptaan Baird ini juga dapat digunakan tanpa radio. Televisor yang dijual pada tahun 1930�1933 merupakan pemasaran televisi masal yang pertama. Kira-kira 1.000 unit Televisor berhasil dijual.

Kotak televisi elektronik komersial pertama dengan tabung sinar katode diproduksi oleh Telefunken di Jerman pada 1934, diikuti oleh produsen elektronik yang lain di Perancis (1936), Britania Raya (1936), dan Amerika Serikat (1938).

Pada tahun 1936, Kalman Tihanyi menerangkan prinsip televisi plasma, yaitu sistem panel datar yang pertama. Dan di tahun yang sama, untuk pertama kalinya Olimpiade Berlin disiarkan ke stasiun televisi di Berlin dan Leipzig dimana masyarakat umum dapat menyaksikan setiap perlombaan langsung. berbagai sumber/arm/R-4





Pertelevisian Indonesia

Dunia pertelevisian dunia sudah mengalami revolusi yang sangat pesat, khusunya di Indonesia. Sejak tahun 1990-an hadirnya beberapa televisi swasta tururt mempengaruhi iklim dunia pertelevisian. Yang paling mencolok adalah acara-acara yang kian beragam dan banyak jenisnya.

"Setahu saya sih kita memang agak tertinggal dari negara-negara lain dalam hal pertelevisian. Tahun 1961 dimana TVRI mulai mengudara sangat jauh tertinggal dengan negara tetangga sekalipun. Kalau dulu film seri sudah ada tiap hari di televisi negara lain, di Indonesia hanya sekali seminggu. Itu pun tidak semua daerah bisa menikmatinya, hanya beberapa daerah saja yang bisa menonton. Itu salah satu ketertinggalan kita," kata Presenter Senior TVRI, Tengku Malinda, saat dihubungi melalui telepon genggam.

Lalu kemudian hadirlah beberapa stasiun televisi swasta, mulailah revolusi yang luar biasa menurut Malinda. Tidak hanya dari acaranya saja tapi juga jangkauan televisi swasta yang lumayan jauh hingga kepelosok meskipun dengan bantuan alat yang namanya parabola.

"Televisi swasta ini pun akhirnya mampu mengubah mind set penonton dan akhirnya kebablasan. Karena hampir tidak ada filter dari pemerintah dan masyarakatnya pun belum siap untuk menerima apa yang disajikan oleh televisi. Banyak hal-hal negatif yang terjadi di masyarakat karena mereka tahu dari televisi atau mencontoh apa yang mereka tonton," tambah mertua dari Zumi Zola tersebut.

Untuk dunia penyiaran pun banyak perubahan yang dirasakan oleh Tengku Malinda. Saat ini semua lebih entertain dan tidak seformal dalu. "Saat ini memang banyak penyiar yang terlihat di televisi swasta. Tapi bisa dihitung yang dianggap berhasil melalui seleksi alam bukan seleksi manusia. Sekarang banyak yang hanya mementingkan penampilan saja, tapi tidak kaidah-kaidah penyiaran," ungkap penyiar yang sudah siaran di TVRI dari tahun 1984 ini kepada Koran Jakarta.

Jika diawal-awal tv swasta muncul semua berita harus bersumber dari TVRI, sekarang malah semua stasiun televisi memiliki siaran berita sendiri-sendiri. "Istilahnya karena kerannya sudah dibuka oleh pemerintah sejak tahun 90-an, mereka pun bisa membuat sendiri-sendiri sesuai tuntutan pasar. Banyak stasiun televisi yang hanya mementingkan rating daripada kaidah penyiaran itu sendiri," jelasnya.

Selain dari penyiaran televisi, penyiaran acara hiburan pun juga banyak yang berubah. "Televisi itu sekarang menjadi tempat hiburan dan juga menjadi ajang bagi para pemilik televisi untuk mencari keuntungan. Inginnya sih berjalan beriringan, antara keuntungan dan mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Ayu Dyah Pasha saat ditemui di Intiland beberapa waktu lalu.

Namun beberapa waktu belakang ini sudah sudah mulai membaik, karena masuknya beberapa sutradara film dan produser-produser televisi yang membuat acara-acara berbobot. "Sekarang juga masyarakatnya makin kritis. Artinya, kalau dia nggak dapat dia sesuatu yang diinginkan di televisi nasional dia pindah ke televisi luar. Saya setuju sih media kita sekarang sudah terbuka. Kalau dilihat acaranya lebih berbobot daripada yang dulu-dulu," tambah pemain teater ini.

Walaupun di era keterbukaan, namun Ayu berharap agar pemberitaan di televisi disaring agar tak ada pemberitaan yang memecah belah bangsa. "Begitu juga dengan infotainment, jangan terlalu berlebihan. Saya kira perlu ada kontrol dalam hal ini," pungkasnya. smn/R-4