Melihat akhir-akhir ini banyak muncul pelukis perempuan dengan prestasi menggumkan, dibuatlah sebuah perhelatan seni bertajuk Pameran Lukisan Perempuan Jakarta. Acara ini sekaligus ditujukan sebagai apresiasi bagi para perupa perempuan, yang turut ambil bagian dalam pergerakan kebangsaan melalui jagad seni rupa.
Mengambil tempat di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta Barat, Selasa (11/12) pameran tersebut dibuka dengan mengundang 10 pelukis perempuan, di antaranya Ade Arti, Ary Octa, Bibiana, dan Ida Achmad. Pameran ini sendiri akan berlangsung mulai 11 hingga 20 Desember 2012, dan menampilkan karya-karya terpilih dari 10 perupa perempuan tersebut.
"Museum bukan hanya menyimpan benda masa lalu, museum juga harus giat menciptakan gagasan masa depan. Ini adalah penghargaan kepada wanita, Ibu, dan nenek kita, orang yang telah membesarkan nama kita," ujar Syahnagra Ismail, ketua penyelenggara pameran.
Jika ditilik dari segi jumlah, perupa perempuan masih kurang, bila disandingkan dengan jumlah perupa laki-laki. Tetapi setidaknya mereka tidak menagih jumlah kuota bagi dirinya. Dengan berlangsungnya pameran ini, eksistensi perupa perempuan Indonesia, telah mencapai kesetaraan dengan memiliki pilihan-pilihan dan kesempatan yang sama dalam berkesenian.
"Ketika kita membangun idealisame, ketika kita membangun kejayaan seni lukis, dengan sendirinya pasar yang baik akan terbangun. Bahwa sudah saatnya seni lukis kembali ke idealisme, cita-cita Affandi, cita-cita Sujoyono, cita-cita-cita para pelukis besar Indonesia," papar Syahnagra lebih lanjut.
Beberapa karya yang ditampilkan menyajikan teknik unik, dari masing-masing perupa. Pengaktualisasian diri mereka dalam berkesenian, memiliki arti luas, menampilkan kemampuan membaca alam, keseharian, perilaku dan berkomunikasi dengan diri lalu menuangkannya dalam kanvas. Dengan estetis, penuh energi, tanpa beban. Meditasi dan eksplorasi estetik berhasil dituangkan dalam karya-karya ke 10 seniman perempuan.
"Lukisan itu bentuk dan rupa imajinasi seniman apa yang ingin dia sampaikan. Kalau museum itu tempat menyimpan karya-karya seniman yang punya sejarah dan perjalanan yang perlu diperhitungkan," terang Nesya Patrini Rusdi, satu dari 10 pelukis perempuan tersebut.
Adapun gugatan dari ibu dua anak ini, hanyalah soal perceraian, dan tidak mencantumkan hak asuh anak dan harta gono-gini. Soal ada dugaan telah terjadi kekerasan dalam rumah tangga, pengacara Lyra tidak mau mengiyakan, meski tidak membantah. "Mengenai alasan itu, mohon maaf teman-teman bisa konfirmasi langsung ke pihaknya. Saya hanya bisa bicara pada konteks masalah perceraian," katanya. smn/R-1