World AIDS Day 2012 Let's Beware and Care

Dua puluh lima tahun sejak kasus AIDS pertama kali ditemukan di Bali, dunia semakin meningkatkan kewaspadaannya terhadap wabah AIDS. Untuk tujuan tersebut, sejak 1 Desember 1988, tanggal itu ditetapkan sebagai Hari AIDS Sedunia.

Walaupun sudah seperempat abad wabah ini ditemukan, banyak masyarakat awam yang belum mengerti benar tentang wabah ini. Bahkan, banyak yang menganggap HIV dan AIDS adalah dua hal yang sama.

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang di dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun, orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.

Adapun AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh, orang tersebut sangat mudah terkena penyakit, seperti TBC, berbagai radang pada kulit, paru-paru, saluran pencernaan, otak, dan kanker. Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar bisa sehat kembali. Jadi, bisa disimpulkan bahwa orang yang terinfeksi HIV belum tentu mengidap AIDS.

Waspadai Penularan HIV
Virus HIV bisa ditularkan dari pengidap HIV positif kepada orang lain. Lalu, dengan cara apa saja virus ini bisa ditularkan?

-Melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom sehingga memungkinkan cairan mani atau cairan vagina yang mengandung virus HIV masuk ke tubuh pasangannya.

-Dari seorang ibu hamil yang HIV positif kepada bayinya selama masa kehamilan, waktu persalinan, dan waktu menyusui.

-Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, terutama terjadi pada pemakaian bersama alat suntik di kalangan pengguna narkoba suntik.

Kasus AIDS pertama kali terjadi pada 1987 di Bali karena hubungan seksual, lalu berjalan linear, kemudian meningkat sejak 2006 hingga 2011. Untuk penularan melalui narkoba, kasus meledak ketika industri narkoba mulai naik di tahun 2000-an dan mengalami penurunan di tahun 2012," ungkap Asisten Deputi Program Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Halik Sidik, kepada Koran Jakarta, Rabu (28/11).

Menurut data KPAN, 48 persen kasus AIDS diderita orang-orang berusia 15-29 tahun. Mirisnya, di era informasi ini, hanya 20 persen remaja yang mengetahui pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Dengan mengetahui cara penularan, tentunya diharapkan masyarakat bisa mencegah penularan virus HIV."Pencegahan itu yang penting hindari seks berisiko, setia pada pasangan, jauhi narkoba, dan ikuti konseling HIV dan AIDS bersama pasangan. Untuk mereka yang berperilaku berisiko, misalkan pernah memakai narkoba dan seks dengan sembarang orang, patut melakukan pemeriksaan tes HIV. Untuk orang tua yang salah satunya positif terkena, risiko penularan kepada pasangannya dapat dicegah melalui kondom, namun jika tetap ingin mendapat keturunan yang sehat, itu bisa saja melalui program Preventing Mother-to-Child Transmission (PMTCT)," jelas Halik. arm/R-4

Bukan Vonis Mati
Pengidap virus HIV atau bahkan yang telah divonis mengidap AIDS bukan berarti vonis mati. Bagi yang terkena virus HIV, AIDS dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral atau ARV. Pengobatan ARV menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh sehingga orang dengan infeksi HIV dapat kembali"sehat" atau"bebas gejala". Namun, virus HIV masih ada di dalam tubuhnya dan tetap bisa menularkan kepada orang lain.
 

Ketika sudah terdeteksi HIV, penting sekali sadar diri untuk tidak menularkannya kepada orang lain, dan menjaga pola hidup yang baik dan sehat. Ketika sudah tervonis AIDS pun, sangat ada probabilitas untuk kembali ke HIV, jadi mereka yang AIDS pun sangat punya kesempatan dan harapan untuk hidup lebih lama. Yang penting minum obat rutin, dan jangan terputus. Kalau terkena penyakit lain, tetap ARV ini harus diminum. Kalau putus, nantinya tubuh akan resisten terhadap obat. ARV ini memang tidak menghilangkan virus, tapi menekan dan mengendalikan laju virus," ujar Halik.

Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. Jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.

AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut.
 

Tahap I
Penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apa pun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
 

Tahap II
Meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernapasan bagian atas yang tak sembuh-sembuh.
 

Tahap III
Meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru.
 

Tahap IV
Meliputi toksoplasmosis pada otak, kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernapasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi), atau paru-paru dan sarkoma kaposi. arm/R-4

Jangan Ada Diskriminasi
Walaupun dalam beberapa tahun belakangan ini telah digencarkan upaya menghilangkan diskriminasi terhadap orang dengan HIV AIDS (ODHA), kenyataannya masih banyak diskriminasi dalam masyarakat."Kita sih berharap tidak ada diskriminasi buat ODHA dari mana pun dan siapa pun. Rasa malu pasti ada karena kita jarang diterima dalam lingkungan di luar ODHA. Itulah yang harus kita lawan agar kita tetap semangat," ungkap salah satu ODHA, Ayu Oktariani, Selasa (27/11).

Selain tak jarang mendapat perlakuan berbeda dari masyarakat, Ayu masih merasakan adanya diskriminasi ketika datang ke rumah sakit. Karena banyak rumah sakit yang tidak bisa menerima penderita HIV AIDS, mereka pun sering menutup jati diri mereka jika sedang berobat ke rumah sakit agar tetap bisa mendapat pelayanan.
 

Sebenarnya kita juga dilema kalau berobat ke rumah sakit atau ke dokter umum jika kita sedang sakit. Di satu sisi, kami butuh pengobatan untuk sakit biasa seperti flu atau demam saja, tapi kita harus jauh-jauh mencari rumah sakit yang ada rujukan HIV/AIDS itu. Di sisi lain, kita juga ada rasa takut menularkan virus ini lewat alat-alat kedokteran. Alternatifnya, kita suka mencari dokter yang memiliki alat steril yang bagus," pungkas dia. smn/R-4

AIDSINA Foundation
Membantu lewat Website

Jika banyak yayasan peduli AIDS yang berwujud lembaga yang turun langsung ke lapangan, lain halnya dengan AIDSINA Foundation. Ini merupakan yayasan yang menggunakan website sebagai media untuk menyediakan berbagai macam artikel tentang AIDS.
 

Kita memang hanya berbasis web, tidak turun langsung ke lapangan karena sudah banyak organisasi yang memang concern di bidang AIDS ini. Kita berusaha membantu para penderita dengan menyajikan artikel-artikel yang berguna buat mereka," kata Marketing Communications AIDSINA Foundation, Nasrun Hadi, kepada Koran Jakarta, Rabu (28/11).

Ternyata respons pembaca untuk website AIDSINA ini lumayan ramai. Sekitar 500 pembaca setiap hari turut memberikan komentar di website AIDSINA."Kalau ada yang ingin memberikan bantuan lewat web, biasanya kita over ke LSM yang memang bekerja sama dengan kita. Kita bekerja sama dengan beberapa LSM yang turun langsung ke lapangan seperti Bandung Wangi," ungkap Nasrun. smn/R-4


Fakta HIV (taruh di Box)
1. HIV tidak menular di kolam renang umum.
2. HIV tidak menular melalui batuk dan bersin.
3. HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya.
4. HIV tidak menular dengan berbagi alat makan bersama.
5. HIV tidak menular dengan berjabat tangan dan berciuman.