Den Haag - Dikubur di dalam tanah atau dibakar di krematorium juga tidak menyenangkan, pikir Marjolein Keijser. Perempuan ini memilih setelah meninggal tubuhnya didonorkan untuk diawetkan dan dipamerkan.
Orang-orang yang berpikiran sama seperti Marjolein dan mendonorkan tubuhnya untuk dijadikan preparat dengan tujuan untuk dipamerkan ke publik saat ini di Negeri Belanda tercatat sudah ada 60 orang.
Jika nanti para donor itu telah meninggal dunia, jenazah mereka selanjutnya akan dibawa ke plastinarium Body Worlds di Guben, Jerman, dekat perbatasan Polandia, untuk ditangani oleh Dr. Gunther von Hagens, ahli anatomi penemu teknik plastinasi, yakni teknik pengawetan jenazah yang menghasilkan preparat tidak bau, tidak membusuk dan boleh disentuh.
Melalui proses plastinasi meliputi pembedahan dan pengawetan dengan formalin, pembuangan lemak dan air, pemampatan, positioning dan pengerasan, oleh Dr. von Hagens dan timnya tubuh- tubuh jenazah yang sudah dikuliti itu direka dalam berbagai posisi, bahkan ada posisi sedang making love.
"Harus saya akui bahwa semula saya merasa takut, tapi akhirnya saya pikir keputusan ini lebih baik. Kebanyakan orang tentu tidak tahu pasti apa yang akan terjadi setelah kematian," ujar Marjolein dalam rubrik aktualita Vandaag de Dag pada stasiun televisi kanal Ned 1, Senin (13/2/2012).
Marjolein yang telah mengunjungi plastinarium di Guben mengatakan bahwa satu dan lain hal dia telah menyaksikan bagaimana jenazah diperlakukan, mulai dari ruang pendingin jenazah, sampai tubuh-tubuh tak bernyawa itu dikerjakan oleh para anatom.
Ditanya bagaimana kalau nanti tubuhnya direka dalam posisi tidak senonoh, Marjolein mengaku keberatan dan tidak mau, kecuali dengan partnernya sendiri. "Tapi dia bukan donor. Selain itu juga diperlukan syarat harus mati secara bersamaan," sergah Marjolein.
Menurut Marjolein, ibunya agak kurang bisa menerima saat dia pertama kali menyampaikan niat untuk menjadi donor tubuh, namun akhirnya ibunya mengerti bahwa dia betul-betul menghendaki hal ini atas kemauannya sendiri.
"Ya, jujur saja dikubur di dalam tanah atau dibakar dalam oven krematorium juga tidak menyenangkan. Dengan diawetkan dan dipamerkan juga tidak akan ada yang tahu tubuh itu tubuh siapa. Orang-orang mungkin tahu bahwa tubuh saya akan jadi donor untuk pameran, namun tidak bisa misalnya ayo lihat tubuh Marjolein di Tokyo. Tidak begitu," kilah Marjolein.
Dengan keputusannya itu, Marjolein menginginkan supaya masih bisa bermanfaat bagi masyarakat setelah kematiannya. Dia sebelumnya juga sudah menyatakan diri sebagai donor organ. Sisa tubuhnya lalu didonorkan ke Body Worlds untuk keperluan pameran.
Marjolein juga berpendapat bahwa pameran anatomi manusia itu ternyata indah dan mempunyai manfaat pendidikan bagi masyarakat.
Memamerkan jenazah manusia ala Body Worlds telah memicu kontroversi. Kelompok-kelompok agama, termasuk Gereja Katholik dan para Rabbi Yahudi, telah menyampaikan penolakan dan menilai pameran seperti itu bertentangan dengan penghormatan atas tubuh manusia.
sumber: detik news