Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan ada empat faktor penghambat bisnis properti di Indonesia. Jika empat faktor ini diselesaikan, permintaan dan penawaran properti di Indonesia bisa naik lebih tinggi.
Dalam survei properti triwulan IV-2011 yang dikutip, Selasa (14/2/2012), BI menyatakan ketiga faktor utama penghambat pertumbuhan bisnis properti adalah:
- Kenaikan harga bahan bangunan
- Tingginya suku bunga KPR (Kredit Pemilikan Rumah)
- Sulitnya perizinan/birokrasi
- Tingginya pajak
Penjualan rumah secara keseluruhan di triwulan IV-2011 naik 14,4% dibanding triwulan sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil sebesar 22,38% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara penjualan rumah tipe menengah menurun.
Penjualan rumah tipe kecil dan menengah tertinggi berada di Jabodebek dan Banten, sedangkan penjualan rumah tipe besar tertinggi terjadi di Medan. Jika empat masalah ini bisa diatasi, maka pertumbuhan bisnis properti bisa lebih tinggi lagi.
Survei tersebut menyebutkan, berdasarkan lokasi proyek, maka suku bunga tertinggi KPR di Indonesia adalah di Kalimantan Selatan (13,9%), sedangkan suku bunga KPR terendah berada di Jawa Timur (10,49%). Tingkat bunga KPR perbankan khususnya kelompok bank BUMN berkisar antara 9-12%.
KPR memang masih menjadi sumber pembiayaan utama konsumen untuk membeli properti tempat tinggal, dengan persentase sebanyak 77,23%. Kemudian 1,66% konsumen menggunakan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari pemerintah. Lalu 14,13% konsumen membeli properti secara tunai bertahap, dan 8,64% konsumen membeli properti dalam bentuk cash keras.
sumber: detik finance