Lakon Teater Cerminan Hidup

Pertunjukan teater memang menjadi cara tepat untuk menampilkan dan mengembangkan ke ahlian seni peran. Selain itu, teater bisa dijadikan media mengomunikasikan pesan. Aspirasi dan keluhan secara tidak langsung dapat disisipkan secara "tersembunyi" di sini. Pertunjukan teater pada dasarnya merupakan bentuk ekspresi masyarakat akan berbagai kenyataan yang muncul dan mereka jalani.

Dahulu, medium teater lebih mengangkat pandangan masyarakat akan masalahmasalah lokal di daerah asalnya. Ketika Indonesia berusaha meraih kemerdekaan, peran dan fungsi pertunjukan teater pun berubah. Para cendekiawan muda menggunakan ini sebagai "metode lain" melawan penjajah. Mereka mengajak bersatu melawan penjajah dan mengobarkan semangat perjuangan ke seluruh masyarakat.

Saat ini, penyaluran aspirasi melalui pertunjukan teater semakin luas. Seniman pun tidak ragu-ragu "berteriak kencang" melalui karya teaternya. Tidak hanya budaya, tapi segala permasalahan dari isu politik, ekonomi, hingga sosial sudah diangkat de ngan bebas dan disuarakan melalui pertunjukan teater.

"Mungkin karena di Indonesia profesi pemain teater belum menjadi profesi menghasilkan, jadi para pemainnya lebih memanfaatkannya sebagai bentuk ekspresi terhadap kondisi sosial yang sedang terjadi," ungkap Ario Achda, penikmat dan pemain teater muda Indonesia.

"Di antaranya berisi mengenai politik, sejarah, budaya, dan ekonomi. Hal ini kemudian disadari sebagai salah satu wadah penyampaian aspirasi rakyat yang sering kali erat kaitannya dengan politik. Menurut saya, ini adalah hal yang sangat wajar, terutama setelah melewati masa Orde Baru."

Namun, tidak selalu penyampaian aspirasi melalui pertunjukan teater berdampak positif. "Ini akan bisa membentuk opini publik mengenai suatu hal dan memperuncing rasa ketidaksukaan dari satu pihak ke pihak lainnya. Misal, mahasiswa melawan politisi. Jadi kemasannya harus lebih halus dan damai," lanjut dia. Mau tahu beberapa pertunjukan teater-baik dalam maupun luar negeri-yang secara tidak langsung digunakan sebagai penyalur aspirasi masyarakat? Berikut beberapa di antaranya.

Sampek Engtay
Pertunjukan ini diangkat oleh Teater Koma pada 13-23 Maret lalu di Gedung Kesenian Jakarta. Sampek Engtay telah dipentaskan sejak 25 tahun silam, dan tahun 2013 merupakan produksi ke-127 kalinya. Kemudian apa yang ingin disampaikan melalui pertunjukan ini? Engtay, seorang gadis asal Serang, mencoba mendobrak kekangan tradisi zamannya dengan menyamar sebagai pria untuk bersekolah di Betawi.

Dengan berbagai akal, Engtay mampu meyakinkan kedua orang tuanya bahwa pendidikan itu penting dan baik. Dia pun berhasil dan segera menuju Betawi. Penyamaran Engtay terbilang sempurna. Tidak satu pun orang mengetahui jati dirinya. Di sekolah, Engtay satu kamar dengan Sampek, pemuda asal Pandeglang.

Sejalan dengan waktu, cinta bersemi di hati Engtay. Sayangnya, Sampek yang lugu juga tidak menyadari bahwa Engtay adalah seorang perempuan. Melalui Sampek Engtay, tim produksi ingin mencoba menyampaikan wujud kecintaan budaya dalam kemasan romansa. "Kecintaan masyarakat terhadap kekayaan dan keragaman budaya Indonesia akan semakin meningkat," ungkap Renitasari Adrian, Program Director Sampek Engtay. "Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta terhadap Indonesia."

Markonah
Disutradarai oleh Eka D Sitorus, pergelaran Markonah diadakan pada 9-10 April 2013 kemarin di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Pertunjukan teater ini mengangkat sosok seorang perempuan modern yang tetap memertahankan jati diri ketimurannya. Markonah adalah perempuan yang tinggal di lingkungan Betawi.

Dia digambarkan sebagai perempuan masa kini yang tetap pada kodratnya sebagai perempuan. Walaupun modern, dia selalu menjunjung tinggi kesetiaan dan tanggung jawabnya sebagai istri. Diharapkan apresiasi generasi muda terhadap warisan nilai-nilai budaya, jati diri, dan karakter bangsa mampu tumbuh melalui pementasan Markonah.

"Pertunjukan ini memiliki visi dan misi tegas bagi perempuan dalam mempertahankan harkat dan martabatnya serta kodratnya sebagai perempuan," ungkap Sabrina Piscalia, pemeran Markonah. Sosok Markonah bisa dijadikan inspirasi para perempuan Indonesia, yang walaupun hidup di era modernitas, adat ketimuran tidak dilupakan begitu saja. Pertunjukan semacam ini mampu memantapkan kelanggengan budaya. Kemajuan teknologi, komunikasi, dan informasi seharusnya tidak membuat budaya tradisional mati begitu saja.

Selendang Merah
Kisah penutup trilogi Opera Jawa karya Garin Nugroho akhirnya dipentaskan. Bertajuk Selendang Merah, pertunjukan ini digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, 13-14 April kemarin. Setelah Iron Bed dan Tusuk Konde, apakah Garin kembali mengangkat permasalahan sosial di dalamnya? Garin terkenal sebagai salah satu sutradara yang selalu menyajikan karya seni berkualitas.

Kepiawaiannya dalam merepresentasikan persoalan sosial budaya dalam sebuah konsep seni pertunjukan memang tak diragukan lagi. Benar saja, melalui Selendang Merah, Garin Nugroho ingin mengisyaratkan dunia yang tengah jungkir balik: perilaku manusia sudah tidak dapat dikendalikan lagi, sementara yang berkuasa tidak berpihak pada kaum yang lemah. Kehidupan layaknya hanya sebuah "sirkus", serba jungkir balik, sarat tragedi dan ketidakterdugaan. Garin meletakkan Jawa sebagai "tokoh utama" di antara kemultikulturan Indonesia. Walaupun begitu, tetap muncul beberapa budaya Indonesia lainnya, seperti Minang dan Nias.

Dreamgirls
Pementasan Dreamgirls telah populer di seluruh dunia. Berawal dari Broadway, pertunjukan musikal ini kemudian diadaptasi ke layar lebar yang dibintangi oleh Beyonce, Jamie Foxx, dan, alumnus American Idol, Jennifer Hudson (yang memenangi piala Oscar sebagai best supporting actress di tahun 2006).

Di balik memesonanya pementasan drama musikal ini, Dreamgirls juga merupakan media aspirasi mengenai kekuatan perempuan Amerika kulit hitam di era '60-an. Tak disangka, metode ini terbilang berhasil, jauh di luar dugaan awalnya. "Pementasan ini natural dan penuh emosi-seperti sedang melakukan 'operasi jantung' di atas panggung," ungkap Charity Dawson, pemeran Effie, seperti dilansir melalui The Salt Lake Tribune.

Ketika persoalan perbedaan warna kulit masih panas di era tersebut, mereka mencoba mendobrak melalui musik. "Pertunjukan ini kembali ke era '60-an, ketika passion akan musik begitu besar. Zaman yang bahkan saya sendiri tidak pernah melihatnya secara langsung," pungkas dia. edh/ger/smn/R-1

Komentar Tokoh Teater

Ratna Riantiarno
Menyampaikan Pesan Moral

Para seniman teater biasanya lebih peka dan memiliki tingkat kepedulian tinggi terhadap apa yang terjadi di sekeliling mereka. Setiap problem hidup-lebih sering dalam ruang lingkup sosial, budaya, dan politik-yang melilit kehidupan rakyat kecil secara tak langsung akan memengaruhi hidup mereka juga. Dari pengamatan itulah mereka kerap mengangkat isu yang sangat meresahkan masyarakat ke atas panggung teater.

Namun, pelaku teater kawakan, Ratna Riantiarno dari Teater Koma, menekankan kepada Koran Jakarta, "Jika dikatakan sebagai medium untuk menyuarakan aspirasi sosial dan politik, ya itu benar. Namun, teater itu sifatnya luas, tidak melulu menggali isu politik dan sosial yang kemudian dijadikan tontonan teater. Ada juga kisah percintaan dan yang lainnya. Semua tergantung teater mana yang memainkannya dan tergantung jenis-jenis teaternya."

"Seperti Teater WS Rendra dan Teater Koma yang memang lebih banyak memainkan teater yang mengangkat isu sosial dan politik. Menyentil peran-peran pemerintah dan juga keberadaan status sosial masyarakat. Pokoknya tema-tema yang lebih berani dan kontroversial."

Bagi dia, teater adalah tempat untuk menyampaikan pesan-pesan moral serta sebagai sarana untuk mengekspresikan "isi hati". Walau bisa dibilang terbatas oleh ruang-dan, terkadang, jumlah penonton yang terbatas-Ratna mengatakan, "Bagi seniman teater, tujuan kami adalah membuat penonton terinspirasi oleh pesan yang kami sajikan. Walaupun penonton biasanya dari kalangan seniman juga-dan jarang masyarakat umum-[kami harap] dari setiap pergelaran teater, penonton akan bercerita dan menyampaikan isi teater kami kepada keluarga, kawan, atau orang lain. Dan itu sudah membantu kami dalam menyampaikan pesan ke masyarakat luas." btr/R-1